- Back to Home »
- Belajar Melatih Hewan Pintar untuk Pentas
Posted by : Opik Jargon
Selasa, 06 Oktober 2015
Hanya
Nurut sama Dua Orang
AKSI
hewan pintar, seperti lumba lumba, burung kakak tua, musang, beruang dan
lain-lainnya selalu menghibur siapa saja yang menyaksikannya. Kelihaian hewan-hewan
ini dalam mengikuti perintah pelatih membuat penonton terpukau. Tapi, tahukah
Anda, jika melatih hewan itu tak semudah yang disaksikan saat pentas?
Sang pelatih hewan pintar Haryadi menuturkan,
melatih hewan memerlukan kesabaran dan keuletan. Pasalnya, naluri hewan sangat
sensitif. Biasanya, hewan hanya akan turut pada satu atau dua orang saja.
Haryadi mengungkapkan, proses melatih hewan tidak
cukup satu tahun. Menurut dia, waktu yang dibutuhkan agar hewan benar-benar
nurut tergantung tingkat kecerdasan hewan itu sendiri. Masing-masing hewan
memiliki tingkat kecerdasan berbeda.
”Misalnya lumba-lumba, hewan ini sulit dilatih. Butuh minimalnya tiga tahun agar lumba-lumba bisa
nurut dan siap pentas. Berbeda lagi dengan berang-berang yang butuh waktu
minimalnya satu tahun, kakak tua satu tahun dan beruang dua tahun,” ujar
Haryadi kepada Bandung Ekspres usai
menggelar pertunjukan di Cilengkrang 2, Jalan A.H. Nasution, belum lama ini.
Hewan hasil kembang
biak di penangkaran akan lebih mudah dilatih jika dibandingkan dengan hewan
liar dari hutan. Pasalnya, hewan dari luar berkarakter buas sehingga perlu
dijinakan terlebih dahulu sebelum dilatih. Dia mencontohkan, lumba-lumba yang
didapat dari hasil tangkapan nelayan berbeda dengan lumba-lumba
penangkaran. 
Berdsarkan
pengalamannya, melatih hewan harus intens setiap hari, bisa dua kali atau tiga
kali. Hal ini untuk mengingatkan hewan agar kode-kode yang ditunjukan pelatih
menempel di memori otaknya.
Setiap kali
latihan, biasanya pelatih mengulang-ngulang gerakan tangan sebagai kode,
kemudian hewan itu diarahkan untuk mengikuti gerakan tangan pelatih. Menurut dia, satu gerakan tangan itu bermakna satu
gerakan hewan.
”Triknya kita
lakukan satu gerakan tangan dan bunyi peluit, lalu kita bentuk gerakan hewannya
seperti apa. Untuk membentuk satu gerakan hewan saja harus sabar, butuh waktu
lama,” ujar Haryadi.
Sang pelatih
harus mengenakan pakaian yang sama setiap kali latihan. Misalnya, saat pertama
kali melatih hewan, sang pelatih menggunakan baju merah berkerah, maka
latihan-latihan berikutnya hingga pentas harus pakai seperti baju itu.
Lebih lanjut dia
mengatakan, saat dibawa pentas, kadang ada hewan susah aktif. Pasalnya, suhu
ruangan untuk hewan harus sama antara daerah satu dengan daerah lain. Untuk
itu, setiap kali pentas, hewan perlu adaptasi terlebih dahulu terhadap suhu
sekitar.
”Kakak tua suka
suhu panas, kalau beruang suka suhu dingin. Itu kita sesuaikan kandangnya,”
ujar dia.
Masa aktif hewan
pun ada batasnya. Faktor usai menentukan keagresifan hewan. Rata-rata, hewan
yang sudah berumur 15 tahun itu sudah tidak dipentaskan lagi. Menurut dia, tim
akan meregenerasi hewan baru untuk pentas. (fik/vil)